Candi Kidal adalah salah satu warisan peninggalan agama Hindu( kerajaan Singosari). Candi ini berada di desa Rejokidal, tumpang kabupaten Malang Jawa Timur. Alasan pembangunan Candi oleh kerajaan Singosari ini adalah sebagai bentuk rasa hormat pada di istirahatkan dalam bentuk arca.
Lokasi: Desa Raya Kidal, Panggung, Tumpang kabupaten Malang Jawa Timur. Rute Candi Kidal Malang.
Tiket Masuk: Gratis.
Jam Buka: 08:00-17:00 WIB.
Jelas ya, dari Negarakertagama kita tahu, nama candinya tidak berubah sejak zaman Majapahit. Jadi, Kidal bukanlah nama pemberian masyarakat modern sebagaimana candi-candi lainnya. Candi ini ramping, dengan pintu menghadap barat layaknya candi-candi Jawa Timur.
Terbuat dari batu andesit atapnya tiga tingkat sebagaimana konsep triloka, yakni tiga alam dalam kosmologi Jawa Kuno. Dengan kalamakara yang ekspresinya sangat angker Namun dipahat dengan ukiran halus dan indah, khas Singhasari Dengan makara menjuntai berbentuk kepala naga.
1. Ukiran Pada Batu Candi Kidal
Bermotif geometri, floral, dan fauna, motif aneka burung & terdapat arca singa di setiap pojok candi, dengan posisi duduk menyangga selasar. Singa-singa ini mengingatkan kita pada singa di Candi Jawi. Candi Kidal banyak sekali dihiasi pola miniaturnya sendiri, tidak hanya di sisi tangga, Namun juga di tiap relung.
Menurut laporan warga, dahulu di depan candi ini terdapat tiga bangunan kecil, yang pasti adalah candi pewara, atau candi pengiring. Sayangnya, sekarang hanya tersisa batunya saja.
2. Penemu Candi Kidal
Thomas Stamford Raffles adalah yang pertama melaporkan keberadaan cagar budaya ini dan mencatatnya dalam History of Java. Menurut Raffles, saat ditemukan candi ini masih tertutup hutan lebat serta mengalami kerusakan. Nah, mengingat fungsinya sebagai pendarmaan raja, jelas candi ini dulunya bangunan sakral yang tentunya harus ada tiga mandala di mana candi ini menempati mandala utama, atau yang paling suci.
Sayangnya, dua mandala lainnya, yakni mandala madya atau wilayah tengah, dan mandala jaba atau wilayah fana, tidak ditemukan lagi. Alhasil candi yang merupakan tempat wisata di Malang ini, hanya menyisakan satu candi Kidal ini.
3. Ramalan Kemerdekaan Negara Indonesia
Tahukah Anda? Candi Kidal bisa dibilang menyimpan ramalan yang menggambarkan tahap perkembangan negara Indonesia. Kita akan membedahnya termasuk bagaimana leluhur kita memperingatkan bahaya dari musuh kebhinnekaan.
Dan inilah kisahnya:
Hiduplah dua orang wanita, yakni Dewi Kadru yang memiliki anak-anak berwujud ular dan naga Dewi Winata yang memiliki anak berwujud burung bernama Garuda. Karena diperdaya Dewi Kadru, Dewi Winata kalah bertaruh dan sesuai kesepakatan, harus menjadi hamba. Maka dimulailah penderitaan panjang Dewi Winata.
Siang dan malam dia harus merawat ular dan naga anak-anak perempuan licik itu, Garuda merasa iba dan ingin membebaskan ibunya dari perbudakan Dewi Kadru. Para ular memberikan syarat yang sangat berat.
Kebebasan Dewi Winata harus ditukar Garuda dengan air Amertha, yakni air keabadian minuman para dewa. Garuda menyanggupinya, dan dimulailah perjuangannya mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan air Amertha. Garuda harus bertempur melawan para dewa, Meskipun patah-arang, Garuda berhasil mendapatkan air Amertha.
Dengan air tersebut, Garuda berhasil memerdekakan ibunya. Nah, kisah Garudeya di atas, yang dinukil dari Kitab Mahabarata, membawa kita pada bintang utama di Candi Kidal ini. Yakni Garuda.
4. Garudeya Candi Kidal
Relief di Candi Kidal cukup merangkum keseluruhan kisah Garudeya. Dan memberi banyak informasi kepada kita mengenai kehidupan di masa lalu, ketika candi ini dibangun Misalnya, mengapa kisah Garudeya yang dipilih untuk dipahatkan di Candi Kidal?
Kita perlu memahami sebuah konsep kosmologi di Jawa Kuno, yang mirip Rwa-Bhinneda, yakni membagi dunia menjadi dua sisi yang saling beriring, Alam atas dan alam bawah.
Alam atas mewakili sifat positif, maskulin, terang, terbuka, suci, dan lain sebagainya, dipersonifikasi sebagai Garuda. Dan alam bawah mewakili sifat negatif, feminim, gelap, tertutup, mala atau tidak suci, dan lain sebagainya, dipersonifikasi sebagai Ular.
Tujuan dipahatkannya kisah Garudeya di Candi Kidal
Di Jawa, konsepsi Garudeya mengalami akulturasi menjadi kisah ruwat, Tergambar dalam perjuangan Garuda untuk membebaskan ibunya dari para ular, yang artinya bebas dari dosa atau mala, agar menjadi suci kembali.
Dengan demikian, jelas bagi kita, tujuan dipahatkannya kisah Garudeya di Candi Kidal adalah untuk meruwat Raja Anusapati agar suci kembali dari mala, atau dosa Namun, apa sih dosa Raja Anusapati sampai-sampai candinya diberi relief ruwat? Anusapati adalah anak dari Ken Dedes tunggul Ametung yang merupakan Raja ke-2 Singosari( 1227-1248). Menurut pengamatan para ahli sejarah candi Kidal diklaim sebagai temple pemujaan paling tua di Jawa Timur. Jika dibanding raja-raja lainnya yang hanya meninggalkan warisan berupa tirta.